Pemerintahan
ODGJ di Lamongan Tiap Bulan Nambah, Dinkes Catat 3.051 Orang
Memontum Lamongan – Saat ini jumlah penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Lamongan terus bertambah. Berdasarkan sumber data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Lamongan pada November 2019 lalu menyebut ditemukan dengan jumlah 2.801 orang. Sedangkan pada Desember sampai Januari 2020 mengalami penambahan sebanyak 250 orang. Sehingga, saat ini jumlah ODGJ yang mendapat pendampingan Pemkab Lamongan sebanyak 3.051 orang.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Lamongan Taufik Hidayat, Minggu (16/2/2020). Ia menjelaskan, hampir disetiap bulan ada tambahan penderita ODGJ dari temuan program dari dinas kesehatan. Bahkan menurut dr. Taufik, penderita ODGJ bisa segera ditangani sesuai kebutuhannya. Selain itu, penderita dapat disembuhkan dengan cara diberikan obat dan terapi.
“Memang tidak sedikit ODGJ yang masih wajib minum obat, tapi sudah ikut bekerja di masyarakat, dan itu tidak berbahaya. Karena mereka sudah tahu kapan harus minum obatnya,” jelasnya.
Tak hanya itu, menurut dr. Taufik, saat ini seluruh puskesmas sudah menyediakan layanan konsultasi. Gejala ODGJ bisa dikenali dengan beberapa faktor, salah satunya, bawaan dari lahir. “Ketika orang tuanya sudah dinyatakan positif, maka sebaiknya sang anak segera diperiksakan, ujarnya.
Selain itu, dr. Taufik mengungkapkan jumlah kasus yang disebabkan genetik cenderung kecil. Hal ini berdasarkan data yang dimilikinya.
“Sebenarnya, kasus ODGJ mayoritas disebabkan karena adanya tekanan atau stres dalam kehidupan. Selain itu, penderita mengalami depresi berkepanjangan karena tekanan dari lingkungan tempat tinggal, keluarga, pekerjaan, atau faktor sosial lainnya. Jika tidak segera diketahui, maka bisa memicu percobaan bunuh diri,” bebernya.
Lebih dari itu dr. Taufik menuturkan, penyebab stres berkepanjangan juga sangat berbahaya bagi seseorang.
“Hal itu berawal dari tidak adanya pengakuan dari seseorang yang disebabkan rasa malu dan ini bisa dimasukan dalam fase orang dengan masalah khusus (ODMK). Saat ODMK inilah, harus mendapat pendampingan supaya tidak meningkat ke fase ODGJ,” katanya.
Namun, dr. Taufik tak menampik jika saat ini Dinkes Lamongan masih kesulitan untuk menemukan kasus ODMK di lapangan.
“Salah satu penyebabnya karena masyarakat malu untuk memeriksakan atau sekedar berkonsultasi kepada petugas kesehatan yang sudah dilatih. Akibatnya, kasus yang sering ditemukan sudah memasuki fase ODGJ,” tandasnya. (aju/zen/yan)
- Pemerintahan5 tahun
Pemkab Gelar Seminar Sejarah Gajah Mada Putra Lamongan, Ketua Lesbumi PBNU Agus Sunyoto Ungkap fakta-fakta Baru Gajah Mada di Lamongan
- Pemerintahan5 tahun
Bengawan Solo Diduga Tercemar Limbah Tekstil dari Jawa Tengah, Pemkab Lamongan Imbau Petani Tak Gunakan Air Sementara Waktu
- Pemerintahan5 tahun
Maksimalkan Pelayanan saat Covid-19, Disdukcapil Lamongan Manfaatkan Aplikasi Sego Boran
- Pemerintahan5 tahun
Bupati Fadeli Tegaskan Target Kinerja Wajib Dipenuhi, Canangkan Zona Integritas dan Penyerahan Penghargaan SAKIP Perangkat Daerah 2019
- Pemerintahan5 tahun
Pemkab Lamongan Godok Protokol Karantina 3 Desa dan 1 Kelurahan
- Hukum & Kriminal5 tahun
Polres Lamongan Ungkap Kasus Curanmor di 40 TKP Dan Tahan Dua Tersangka
- Pemerintahan5 tahun
20 Orang di Lamongan Positif Corona, Bupati Gencarkan Pencegahan, Bagikan Masker
- Pemerintahan4 tahun
Lamongan Sukses Penuhi Target SP Online 2020