Lamongan

Manfaatkan Lahan Tidur, Pemkab Lamongan Inovasikan Tanam Bawang Merah di Kawasan Rawa

Diterbitkan

-

Manfaatkan Lahan Tidur, Pemkab Lamongan Inovasikan Tanam Bawang Merah di Kawasan Rawa

Memontum Lamongan – Kreatifitas tanpa batas terus digaungkan oleh Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, kepada semua lini di Kabupataen Lamongan. Berbagai inovasi luar biasa dimunculkan dalam berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pertanian. Hal tersebut, ditujukan guna mencapai kesejahteraan masyarakat Lamongan menuju kejayaan yang berkeadilan.

Bupati Yuhronur pada Kamis (18/11/2021), mengunjungi Desa Manyar, Kecamatan Sekaran, untuk melihat hasil panen Bawang Merah. Bawang Merah ini merupakan hasil panen pertama dari inovasi Kepala Desa Manyar, yang mencoba memanfaatkan lahan tidur di kawasan rawa untuk dijadikan lahan tanam warga. “Kita semua kadang ragu, apakah bawang merah ini bisa ditanam dan berbuah di kawasan rawa ini. Ternyata luar biasa, Pak Kades dengan segala kreatifitasnya bisa menanam bawang ini dan ternyata hasilnya cukup bagus,” ucapnya.

Ditambahkan Bupati Yuhronur, Bawang Merah merupakan pilihan komoditas lain yang ditanam di daerah tersebut. Selain itu, tanaman ini sangat aman dari serangan hama tikus.

“Ini sebuah pilihan komoditas lain yang ditanam di daerah ini. Ada satu hal yang cukup menarik kata Pak Kades, bahwa tikus tidak menyerang tanaman ini. Sukses Pak Kades dengan inovasinya,” tambahnya.

Advertisement

Baca juga :

Diungkapkan Kades Manyar, Puji Rahayu Saputro, lahan yang digunakan untuk menanam bawang sebelumnya merupakan lahan tidur dan belum pernah ditanami. “Lahan ini tidur selama ini. Jadi, dengan adanya inovasi ini saya berharap warga masyarakat yang berada di wilayah Manyar, ini bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk tanaman,” ungkapnya.

Memanfaatkan lahan rawa berukuran 1 hektar, Bawang Merah yang dipanen dapat menghasilkan kurang lebih 40 ton. Karena meluapnya air sebagai akibat dari hujan yang turun terus-menerus, tanaman Bawang Merah ini harus dilakukan panen awal. Lama panen yang harusnya 60 hari harus menjadi 42 hari karena banjir.

“Hasilnya sangat bagus. Karena memang tanah ini sangat cocok, nilai kesuburan tanah dan haranya tinggi. Sehingga, hasilnya ini sebenarnya bagus, karena memang usianya yang belum cukup, harusnya besar-besar. Ini kan sebenarnya masa generatif, masa pembuahan tapi malah kena banjir, tapi alhamdulillah masih bisa dibawa pulang. Mudah-mudahan musim tahun depan bisa lebih baik,” papar Kades Manyar. (zud/zen/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas